Mbah Wahadi, Semangat Muda Usia Senja
Mbah Wahadi (81), pria tua yang tak mau menyerah dimakan oleh usia. Usianya yang sudah berkepala delapan tidak menjadi penghalang. Belasan kilometer Ia libas hampir setiap hari. Menjajakan Burger Dinar untuk para pelanggannya.
***
Pagi hari, Mbah Wahadi (81) sedang membersihkan gerobak sepeda berwarna kuningnya saat ditemui pada Sabtu (2/12/2023). Ia membersihkan gerobak sepedanya di depan Klinik Gigi drg. Dian Nirmalasari. Ia bahkan sampai melepas baut-baut sepedanya untuk dibersihkan. Semua ini agar Ia bisa berjualan burger dengan lancar dan terlihat bersih.
Kisah Mbah Wahadi yang berjualan burger keliling dengan gerobak sepedanya berhasil menyentuh hati masyarakat Yogyakarta. Sosok di balik usaha burger Mbah Wahadi adalah drg. Dian Nirmalasari atau kerap disapa Dokter Dinar.
Dokter Dinar juga memiliki usaha roti lainnya yang dikenal dengan nama ‘Roti Dinar atau Dinar Bakery’. Mbah Wahadi membeli roti untuk burgernya melalui Dokter Dinar. Hal tersebut yang menjadikan Mbah Wahadi akrab juga dipanggil dengan nama Mbah Dinar.
“Dinar itu nama saya. Usaha saya yang lain itu ya Roti Dinar itu, atau Dinar Bakery. Mbah Wahadi itu roti burgernya dari usaha roti saya”, ucap drg. Dian Nirmalasari (Sabtu, 2/12/2023).
Berjualan Sejak 2004
Berjualan Burger Dinar sejak tahun 2004, Mbah Wahadi sebelumnya sempat bekerja sebagai tukang setrum aki keliling. Mbah Wahadi menjadi tukang setrum aki keliling di Imogiri, di desa asalnya.
Namun pekerjaan ini tak bertahan lama. Pada tahun 2000-an listrik sudah mulai memasuki desa asalnya. Sehingga tak ada lagi yang menggunakan jasa setrum aki beliau.
“Tadinya setrum aki tahun 2000, baru jualan burger 2004. Jadinya selama empat tahun tidak ada pekerjaan pokok. Tahun 2000 listrik sudah mulai masuk desa-desa, jadi sudah tidak ada lagi yang pakai jasa setrum aki”, ungkap Mbah Wahadi saat ditemui pada Sabtu (2/12/2023).
Pada awal mulai berjualan burger keliling di Bantul dengan gerobak sepedanya, Mbah Wahadi memiliki 4 rekan kerja. Namun, kini hanya tersisa dirinya saja yang berjualan.
“Tadinya itu ada 4 orang lainnya. Tapi terus pada keluar”, ungkap Mbah Wahadi (Sabtu, 2/12/2023).
Lokasi Burger Dinar Mbah Wahadi
Mbah Wahadi mulai berjualan dari tempat tinggalnya saat ini yaitu Klinik Gigi milik drg. Dian Nirmalasari. Lalu, berkeliling puluhan kilometer sampai stok burgernya menipis. Tetapi usia tidak bisa berbohong, tubuh Mbah Wahadi sudah tidak mampu berkeliling puluhan kilometer.
Mbah Wahadi sekarang memilih untuk berjualan tetap di depan BCA KCP Jalan Kaliurang KM 6,4. Sebelumnya beliau biasa berjualan di Jalan Kaliurang KM 6,2 persis di depan Superindo Jakal. Namun, Mbah Wahadi dilarang oleh pihak Superindo untuk berjualan di sana hingga memutuskan untuk pindah.
“Saya dilarang sama orang Superindo. Tidak boleh lagi berjualan di depan Superindo. Akhirnya saya pindah ke depan BCA itu sekarang”, jawab Mbah Wahadi saat ditanya mengenai kepindahan tempatnya berjualan (Sabtu, 2/12/2023).
Semangat yang Tak Padam
Sebelum pandemi biasanya Mbah Wahadi mampu menjual 100 hingga 120 burger per hari. Namun, saat ini beliau hanya mampu menjual 30 sampai 80 burger per hari. Hal ini yang membuat Mbah Wahadi sering berkeliling mencari tempat baru.
“Dulu sebelum pandemi bisa laku 100 sampai 120 burger per hari. Sekarang, sudah berjalan sejauh apa pun kadang yang laku hanya 30-80 burger, pernah satu hari hanya laku 2 dan yang membeli malah kabur. Pemasukan semakin menurun makanya saya berpindah-pindah dan keliling ke tempat yang berbeda-beda”, ucap Mbah Wahadi saat ditemui (Sabtu, 02/12/2023).
Saat berusia 76 tahun pada 2018 lalu, kejadian menyedihkan terjadi pada Mbah Wahadi. Mbah Wahadi mengalami kecelakaan yang membuat gerobaknya rusak parah. Mbah Wahadi juga mengalami luka yang membuatnya harus dioperasi.
Pasca kecelakaan tersebut, donasi berdatangan untuk membantu biaya pengobatan dan perbaikan gerobak sepeda Mbah Wahadi. Beliau sempat berhenti berjualan selama kurang lebih 7 bulan karena kecelakaan yang menimpanya.
“Beliau kecelakaan paling parah tahun 2018 itu, lalu tiba-tiba dapat santunan dari netizen. Dalam waktu dua hari itu sudah 80 juta donasinya. Akhirnya dua hari kemudian ditutup totalnya hampir 150 juta”, ucap drg. Dinar pada Sabtu (2/12/2023).
Namun, hal tersebut bukan pertama kalinya beliau mengalami kecelakaan. Selama belasan tahun berjualan, Mbah Wahadi sudah sering mengalami kecelakaan dan menjadi korban tabrak lari.
“Mbah Wahadi itu sering ditabrak motor. Sering jadi korban tabrak lari. Tapi, ya tahun 2018 itu yang paling parah”, tambah drg. Dinar (Sabtu, 2/12/2023).
Pasca kecelakaan, Dokter Dinar mengira Mbah Wahadi akan berhenti berjualan karena terluka parah dan gerobak sepedanya rusak parah. Namun, siapa sangka 7 bulan setelah kecelakaan Mbah Wahadi kembali menghubungi Dokter Dinar. Saat itu, beliau juga mendatangi Dokter Dinar secara langsung dan meminta berjualan kembali.
“Mbah Wahadi tiba-tiba menelepon saya dan bilang ‘Bu, saya tetap ingin berjualan dan izin tinggal di Klinik milik Ibu’, terus saya akhirnya ya mengizinkan. Beliau saya kasih satu kamar di lantai atas klinik. Sekalian jaga klinik kalau malam”, ucap drg. Dinar saat ditemui pada Sabtu (2/12/2023).
Pelajaran Bagi Kita
Melihat semangat Mbah Wahadi, Dokter Dinar ambil pelajaran penting dari sosoknya. Bekerja merupakan bentuk tanggung jawab terhadap kehidupan yang Tuhan berikan. Apabila Mbah Wahadi yang sudah tua saja bisa bekerja dan tetap produktif, harusnya kita juga bisa melakukan hal yang sama.
“Sebagai pekerja yang usianya masih cukup muda, saya malu apabila sering bermalas-malasan bekerja, karena Mbah Wahadi panas-panasan dan membawa barang berat kemana-mana, tapi kita yang diberikan privilege bisa bekerja di ruangan ber-AC masih saja sering mengeluh, harusnya rasa syukur dan etos kerja kita lebih baik dari Mbah Wahadi”, ujar drg. Dian Nirmalasari saat ditemui pada Sabtu (2/12/2023).
Mbah Wahadi sudah sempat diminta berhenti berjualan oleh keluarganya beberapa kali. Tetapi, Ia masih semangat untuk tetap berjualan. Dokter Dinar akhirnya tetap mengizinkannya berjualan. Sesekali juga Dokter Dinar dan suaminya mengantar Mbah Wahadi pulang ke Imogiri.
“Keluarga sudah meminta berhenti, saya juga. Tapi beliau bersikeras untuk tetap berjualan, katanya supaya kondisi fisik dan pikiran tetap sehat meskipun sudah lanjut usia dan tak merepotkan keluarganya. Sampai akhirnya saya izinkan untuk tinggal di klinik dan tetap berjualan tapi setiap beliau akan pulang ke rumah tetap saya dan suami antar kalau ada waktu, tapi kalau lagi sibuk beliau akan pulang pakai ojek dengan biaya sekitar Rp 250.000”, ucap Dokter Dinar (Sabtu, 2/12/2023).
Mbah Wahadi seringkali mendapatkan bantuan sembako dari pembeli langganannya. Sembako-sembako itu biasanya akan dibawa pulang ke rumahnya di Imogiri. Mobil Dokter Dinar dan suaminya biasanya penuh oleh sembako saat mengantar Mbah Wahadi pulang.
“Mbah Wahadi itu sering dikasih beras dari pelanggannya itu… Kalau pas saya antar pulang sama suami, bagasi mobil itu penuh sama beras, mie, minyak, dan barang sembako lainnya. Ya itu rezeki buat Mbah Wahadi” tambah drg. Dinar pada Sabtu (2/12/2023).
Dulu beliau selalu libur setiap hari senin dan minggu karena harus sesekali mengunjungi keluarga di Imogiri. Saat ini karena faktor usia yang sudah semakin lanjut beliau hanya berjualan 10 hari dalam 2 minggu.
Kondisi fisik Mbah Wahadi yang sebenarnya sudah tak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan seberat itu ternyata tak menjadi penghalang bagi beliau untuk tetap produktif di usia lanjut. Saat melayani pelanggan seringkali Mbah Wahadi merasa kelelahan hingga memutuskan untuk mengurangi hari kerja.
"Saya akan berhenti berjualan kalau benar-benar sudah tak mampu, sekarang rasanya masih kuat dan sehat jadi sangat disayangkan kalau hanya diam di rumah saja", sambil terbatuk-batuk Mbah Wahadi bercerita (Sabtu, 2/12/2023)
Kakek berusia 81 tahun itu sempat bercerita pada Dokter Dinar, Ia tetap ingin bekerja. Tak mau berdiam diri saja dan menyusahkan keluarga hanya untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Walaupun sempat mendapat donasi setelah kecelakaan, uang tersebut Ia jadikan tabungan untuk kebutuhan-kebutuhan di masa depan nanti.
Semangat Mbah Wahadi dalam berjualan yang tak pernah padam, demi tak merepotkan keluarganya. Bahkan beliau menjadi panutan bagi dokter Dinar, “orang tua seperti Mbah Wahadi ini sangat berdampak apabila selalu berada di dekat kita karena akan menjadi cambuk bagi kita”, imbuhnya (Sabtu, 2/12/2023).
Burger Dinar
Comments
Post a Comment